HIPMI Culinary Indonesia Raih Penghargaan Global di SIAL Shenzhen
Indonesia Berjaya di SIAL Shenzhen 2025 Lewat HCI
HIPMI Culinary Indonesia (HCI) berhasil menorehkan prestasi internasional dengan meraih Global Partnership Award 2025 pada ajang SIAL Shenzhen, Tiongkok, 2 September 2025. Penghargaan ini diberikan atas komitmen HCI di bawah kepemimpinan Cikhita Sebayang dalam mendorong pengembangan serta kerja sama internasional di industri kuliner.
Ketua HCI, Cikhita Sebayang menegaskan, penghargaan ini bukan hanya pengakuan atas kerja keras, tetapi sekaligus panggilan bagi semua pemangku kepentingan untuk semakin mengangkat Intellectual Property (IP) lokal, terutama produk halal, agar mampu tampil dan bersaing di panggung global.
“Bagi para pelaku usaha Food dan Beverage (F&B), penghargaan yang diterima HCI menjadi sinyal, bahwa organisasi ini merupakan mitra strategis yang dapat membantu mereka menembus pasar internasional,” ujar Cikhita Sebayang.
Karenanya, HCI mengajak para pelaku usaha, kreator, dan pengusaha kuliner halal untuk mengembangkan ide kreatif lokal, memastikan standar halal terpenuhi mulai dari sertifikasi, bahan baku, hingga proses produksi, serta memanfaatkan dukungan skala usaha. “HCI berkomitmen membantu UKM untuk scale-up dari produksi, branding, pemasaran digital, hingga membangun kemitraan internasional. Hal ini menjawab tantangan UKM yang seringkali terbatas dalam dukungan finansial dan logistik,” tutur dia.
Cikhita menambahkan bahwa pencapaian ini sejalan dengan visi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pemain utama di pasar halal global. Ia juga menegaskan, kolaborasi antara pelaku usaha, pemerintah, dan institusi pendukung sangat krusial. “Penghargaan Global Partnership Award 2025 ini membuktikan bahwa kerja sama dan kolaborasi kita di tingkat internasional nyata hasilnya. Namun, ini baru langkah awal,” papar Cikhita Sebayang.
Lebih lanjut, keberhasilan HCI di ajang SIAL Shenzhen 2025 juga tak lepas dari strategi pemerintah yang menempatkan subsektor kuliner sebagai tulang punggung ekonomi kreatif. “Tantangan Industri Kuliner halal, Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) menempatkan kuliner sebagai prioritas pengembangan sejalan dengan visi menjadikan Indonesia sebagai pusat gastronomi dunia pada 2045,” ucap Cikhita Sebayang.
Ia pun menekankan bahwa dukungan pemerintah hadir melalui penguatan branding kuliner nusantara, sertifikasi usaha, hingga fasilitasi partisipasi pelaku industri pada ajang internasional seperti SIAL, World Halal Food, dan festival kuliner global lainnya. “Dengan kontribusi lebih dari Rp1.300 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB) serta menyerap jutaan tenaga kerja, subsektor kuliner telah menjadi motor utama dari 17 subsektor ekonomi kreatif yang ada di Indonesia,” papar Cikhita Sebayang.
Penghargaan ini menjadi momentum penting bagi HCI untuk meningkatkan daya saing kuliner Indonesia di panggung global. “Saya mengajak seluruh pelaku usaha kuliner, pemerintah, dan institusi pendukung untuk mengembangkan ide kreatif lokal menjadi produk yang kuat IP-nya, memastikan seluruh aspek kehalalan terpenuhi, memanfaatkan peluang pasokan ke pasar global yang besar dan mendukung UKM agar mampu scale-up dari produksi, branding, pemasaran digital, hingga mendirikan kemitraan internasional,” ungkap Cikhita Sebayang.